Thursday, September 5, 2013

what is NILA?

Sebagai seseorang yang bernama Nila, seringkali saya dihadapkan pada peristiwa dimana nama saya dihubungkan-hubungkan dengan nama ikan (ikan nila) atau sebuah pepatah yang menyatakan "karena nila setitik, rusak susu sebelanga". Namun disayangkan, tak banyak yang mengetahui bahwa nila sebenarnya adalah sebuah warna.

Yup, Nila adalah sebuah warna! Acap kali, jika saya menyebutkan ini, orang-orang akan bertanya seperti apa nila itu. Lalu saya akan menjawab, "semacam warna violet". Sebagian akan paham, namun tak sedikit yang lanjut bertanya, "lalu warna violet itu seperti apa?" -_-

Pertanyaan ini biasanya akan berhenti ketika saya menjawab, "seperti warna ungu". Lalu bunyi O panjang akan menjadi respon dari statemen tersebut :D

Benarkah nila itu seperti warna ungu atau violet? Sebenarnya tidak! Secara ilmiah, nila terletak di antara biru dan violet. Seperti apakah nila itu? Dapat dilihat pada tabel warna yang terdapat pada laman berikut ini:
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_warna

Ketika iseng-iseng googling, saya menemukan sebuah blog yang mendefinisikan warna nila sebagai berikut:
"Warna nila mengartikan sebuah dasar yang sangat dasar dengan seluruh kesederhanaan yang nampak padanya. Warna yang menurut pasrah, berserah diri, dan menerima apapun yang terjadi."

It's amazing how it really represents me!
Terbantahkankah perkataan Shakespeare yang menyatakan "apalah artinya sebuah nama"??
Saya tidak tahu bagaimana dengan nila-nila lainnya, yang pasti bagi saya, definisi di atas dengan tepat menggambarkan pola berpikir saya.

Pasrah dan berserah tentu saja merupakan 2 hal yang berbeda. Bagi saya, pasrah bermakna menerima nasib tanpa adanya usaha. Namun jika kita berusaha sebaik yang kita mampu, lalu menyerahkan hasil sesuai kehendak Allaah, itulah yang dimaksud dengan berserah diri. Dan saya berusaha sebaik mungkin untuk terus berada pada level berserah diri. :)

Sebuah artikel mengenai makna aura menjelaskan bahwa seseorang yang memancarkan aura berwarna nila merupakan orang yang sifatnya hangat, menyembuhkan dan mengasuh. Senang memecahkan masalah, senang menolong. Sifat negatifnya ketidakmampuan mengatakan “tidak” sehingga sering dimanfaatkan orang lain. Well...you are the one who decides whether it perfectly matches me or not :D

Lalu, bagaimana dengan nama ikan dan peribahasa di atas? Sebagai salah satu dari sekian banyak wanita yang bernama nila, saya cenderung tidak suka jika nama saya dikait-kaitkan dengan dua hal tersebut. Namun, mari coba kita lihat apakah ada filosofi tersendiri di balik nama nila jika dikaitkan kepada dua hal tersebut.

Kebanyakan orang Indonesia gemar sekali menjadikan ikan nila menjadi menu ikan bakar. Dagingnya lembut dan manis. Bagi mereka yang pernah menjadi penikmat ikan nila, tentu saja sudah paham bahwa ikan ini memiliki tulang-tulang halus dan kecil yang dapat tersangkut pada tenggorokan jika tak hati-hati ketika mengkonsumsinya. Atau bagi mereka yang pernah mencoba memasaknya, tentu mengetahui bahwa ikan ini memiliki sirip yang tajam sekali di bagian atasnya yang dapat merobek tangan dengan mudahnya jika tak berhati-hati dalam memegangnya.

Dua hal di atas, bagi saya, menyiratkan satu hal; kami, para wanita bernama nila, akan menjadi sosok yang manis dan tenang, namun kami butuh perlakuan khusus, berhati-hatilah dengan kami, if you mess up with us, we surely will show you what's the consequences :p

Jika tau bagaimana cara berhadapan dengan kami, tentu akan merasakan bagaimana manisnya kami. Namun, jika tak berhati-hati, tentu saja kami akan membuat orang tersebut merasakan bagaimana tajamnya sirip atau tulang-tulang kami :D hehehe

Selanjutnya, filosofi di balik pepatah "karena nila setitik rusak susu sebelanga". Nila di dalam pepatah ini sebenarnya merujuk kepada air nira yang didapatkan dari pohon aren. Nira mengandung alkohol, oleh karena itu bisa diolah menjadi minuman tuak. Dengan demikian jelas sudah apa yang akan terjadi bila setetes nira jatuh ke dalam sebelanga susu. Namun coba cermati lagi makna peribahasa ini. Nila yang hanya setititk, dibandingkan dengan susu yang sebelanga. Bukankah ini dengan jelas menyiratkan kekuatan setetes nila? Kenapa nila yang hanya satu tetes bisa mempengaruhi susu yang sebelanga? Tentulah pengaruh itu sangat besar sekali.

Mencermati hidup saya dan beberapa orang nila yang saya kenal, dapat saya simpulkan memang sebagian besar wanita bernama nila memiliki pengaruh yang kuat di dalam lingkungannya. Sekali lagi saya tekankan, sebagian besar bermakna bukan seluruhnya. Kebanyakan nila yang saya kenal memiliki binar dan aura tersendiri, walau sebagian juga ada yang redup tak bercahaya. Saya rasa ulasan seperti ini tak butuh statistik pasti dan research mendalam tentunya :D

Namun, lagi-lagi peribahasa ini menyiratkan hal yang sama dengan filosofi ikan, don't mess up with nila! A girl named Nila can stand against the whole world alone and still can survive the way a drop of nila contaminates a pot of milk. You can't imagine how powerful nila is....! (lebay chyn)

Hahaha sepertinya saya malah menggiring opini pembaca ke arah yang salah :D

Wanita-wanita bernama Nila biasanya memiliki aura tersendiri yang membuat mereka bersikap dan terlihat sangat manis hingga membuat orang-orang disekitar mereka tersihir dan tak bisa menghindari kekuatan aura tersebut. Hal ini membuat kehadiran mereka selalu dirindukan (kata saya).

Yahhh begitulah kicauan Nila Husandi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan namanya. Apapun itu teori-teori mengenai nama Nila, saya pada awalnya diberi nama Junila Ramadhani. Junila berarti Juni Lahir, simple :P Lalu, dikarenakan protes beberapa tetangga, nama saya diperpendek menjadi Nila saja dan dibubuhi Husandi di belakangnya, agar kompak dengan kedua abang saya yang bernama Rivo Husandi dan Febi Husandi. SIMPLE...ya begitu simpelnya sejarah nama saya. Tak seribet segala tetek bengek teori di balik nama Nila yang saya utarakan di atas :D

Yup that's it. Thanks for wasting your time reading this hahahaha

related links:
http://haritsindracahya.blogspot.com/2013/03/makna-7-macam-warna-pelangi.html
http://sifatmenurutwarna.blogspot.com/2012/11/sifat-dan-karakter-berdasarkan-warna.html
http://yuriantiku.blogspot.com/2013/03/arti-serta-makna-warna-aura.html
http://www.gelombangotak.com/arti_makna_aura.htm


Monday, August 19, 2013

jangan buru-buru komentar :)


Tahun 1996, ketika aku genap berusia 12 tahun, aku memutuskan mengenakan jilbab untuk menutup aurat. Menjadi satu-satunya siswi di sekolah yang mengenakan jilbab menimbulkan berbagai reaksi.

Banyak yang mendukung, namun tak sedikit yang mencemooh. Prediksi kudisan, panuan, dan botak hinggap sebagai kemungkinan alasan keputusanku. Hingga ada yang mencap sok alim dan melempariku dengan kerikil. Saat itu aku bisa bertahan dan menang. Lalu, 16 tahun kemudian, jilbab ternyata menjadi trend hingga menjamurlah Hijab Community.

Tahun 2002, pertama kalinya aku memiliki gamis dan mengenakannya ke kampus. Belum ada yang melakukannya di kampusku, dan dengan sukses penampilanku dicap seperti emak-emak. Padahal seorang teman di Jakarta mengenakannya ke kampus dalam kesehariannya, dan tak ada masalah. Ini Padang, dan mereka masih awam pada hal itu, dan kali itu aku kalah.

Baru di tahun 2008 keberanianku kembali muncul, dan mulai kembali mengenakannya ke kampus. Kali ini aku tak sendiri, ada seorang teman yang telah pergi haji dan selalu mengenakan gamis. Pun demikian, komentar miring tetap muncul. Gamisku dikatai “baju pinjaman” karna menurut mereka kebesaran. Aku hanya tersenyum. Mereka salah menilai gamis sebagai gaun malam yang super ketat.

Lalu apa yang terjadi empat tahun kemudian? Wanita menggunakan gamis menjadi pemandangan awam dimana-mana. Menguap kemana komentar-komentar mereka? Yang dulunya mengomentari negatif malah sekarang tak mau kalah ketinggalan mengenakan gamis.

Lalu, 2012 menjadi tahun dimana aku berjuang mencoba mulai menutupi auratku dengan lebih sempurna, termasuk mulai benar-benar meninggalkan celana, terutama jeans. Lalu, adakah komentar miring seperti yang sudah-sudah? Banyak! Aku sudah bertekad tak kan lagi kalah seperti pengalamanku di tahun 2002. Semoga Allah SWT membantuku untuk tetap istiqamah.

NB:
Hey, aku berpakaian “begini” mungkin masih terlihat janggal di mata kalian, itu wajar, tapi cobalah tahan dulu komentar-komentar itu yang sangat ingin kalian lontarkan. Siapa tau 10 tahun ke depan pakaian yang “begini” malah jadi trend dan kalian yang haus trend malah berlomba-lomba mengenakannya? Who knows? Apa tak menjijikkan menjilat ludah sendiri?

 
 
Postingan ini merupakan salah satu status facebook saya yang saya posting pada awal tahun 2013 sebagai bentuk jawaban saya terhadap pertanyaan dan komentar (cemoohan tepatnya) ketika orang-orang yang baru mengenal saya melihat perubahan pada cara berpakaian saya. Yang menarik adalah, orang-orang yang mengenal saya dari usia remaja malah tidak terkejut sama sekali dengan perubahan tersebut ^^ seolah-olah it has been me for so long and nothing changed, it IS me!
 
Kemudian, sebuah akun FB besar bertemakan islam mambaca status tersebut dan lalu meminta ijin untuk menjadikan status tersebut sebagai salah satu artikel dalam situs resmi mereka. Postingan itu dengan mengejutkan mendapat angka sharing tertinggi sepanjang sejarah situs tersebut, selama 3 hari berturut-turut artikel tersebut menempati posisi pertama sebagai artikel dengan sharing FB dan Twitter tertinggi, demikian lah laporan admin situs web tersebut. MasyaAllaah...sungguh indah cara Allaah membuat hambaNya merasa lega, dan hal ini sekaligus membungkam komentar-komentar di status tersebut yang menyatakan bahwa status tersebut bernuansa riyaa' :) laporan admin situs tersebut di komentar status seketika menghentikan beberapa komentar miring yg sudah terlanjur mereka lontarkan sebelumnya (semoga Allaah memberikan mereka hidayah) hehehehe yahhh begitulah betapa simple tapi tak terduga-indahnya cara Allaah mencintai hambaNya
 
you may check the article here:

sadly...it's not a happily-ever-after

Most people spend years to find their perfect match, just like me. Some may succeed, some have to cope up with failures.

Every person who had the chance to be close to me knew precisely how I defined a perfect match. There are "only" four criteria for this: he must be smarter than me, more religious than me, a non smoker, and a children-lover.

These criteria sound simple yet I've spent whole life failing in finding a compatible one, a man who fulfills all of the criteria. Right at the moment I decided to stop searching for that "perfect" man, and ironically found out that I couldn't even succeed a "common" man, Allah gave me what I want...a perfect match!

He's just so perfect; smart, religious, mature, a children-lover, a non-smoker, good looking, funny, romantic.....adorable!..if I have to put it all in one word. Even if we have different opinion on so many subjects, but we have so many things in common. Like Allah loves me so much, He gives me a match who loves book the way I do, a man who has the same taste with me on music and movies. So now, must I complaint if I have to face the fact that he is six years YOUNGER than me???

Long ago I realized that Allah won't give you all you want, there must be something missing or lacking, just to see if you still can be grateful for the grace on your hands. So now, will I focus on what's lacking or be very grateful for all the grace Allah pours upon me? :)


******

I wrote that down on my facebook note on May 11th, 2012....7 months later, that man proposed me to my dad, and it turned out to be a NO :'( I felt like the whole world was on chaos. I finally found 'my man' and Allaah did not put us together in marriage. It felt so unfair at that moment, but then on June, Allaah answered all my prayers, He showed me why we could not be together. At first I thought it was me, I did not deserve him, he's just too good for me. I kept telling myself those sentences because that's the only way I could accept what happened. But then, two months ago Allaah showed me something I needed to move on. He is the one who does not deserve me, that maybe it's not good to be in marriage with him, that he's not gonna be a perfect husband as I thought before.

Allaah listens....as always. He listens to my du'a. Then what makes me think that I should stop praying? that I should stop delivering du'a? What makes me think that I know what's best for my life, what makes me think I know EVERYTHING???

As a slave I demand too much from my creator...siape gue -_-
Sometimes we forgot, we simply and easily forget all of the graces Allaah gives to us. We simply and easily focus on the unfairness, all of the things that we think are bad for our life.